Karya Tulis Merupakan Ekspresi Diri Penulisnya
Berdasarkan pendapat Ibu Rosi Rosida yang menyatakan bahwa “suatu karya tulis merupakan hasil dari proses bernalar penulisnya. Jadi tidak salah menilai seseorang dari karya tulisnya, sehingga kita bisa menilai seseorang dari tulisannya”.
Menulis memang bukan merupakan pekerjaan mudah, tetapi ia bukan pekerjaan sulit. Dari tulisan yang paling sederhana, tulisan reportase, tulisan kajian, kajian ilmiah, atau bahkan sebuah penelitian membutuhkan referensi sebelumnya. Karya-karya ilmiah secara jelas dicantumkan berbagai bahan bacaan, kajian jelas kita cantumkan apa yang kita kaji, sementara reportasi kita mereferensi suatu peristiwa yang pernah kita amati. Menulsi tidak berada pada situasi hampa, ia memiliki muatan tergantung siapa kita! Belum lagi bagaimana kita mengungkapkannya
Apakah kita akan memerankan diri kita sendiri, menempatkan kita sebagai orang luar dari konteks (orang ketiga), atau apapun peran yang kita ambil. Banyak yang menyatakan kita sebaiknya berada sebagai orang pertama, tetapi tak jarang justru lebih enak bila kita beradadi dalamnya, tetapi bukan utama mewaili diri sebagai saya (misal tulisan ini, penulis menggukan kata ganti kita). Kita ada di dalamnya, tetapi sebenarnya mungkin kita tidak sedang dalam konteks atau masuk dalam konteks
Terserah penulis akan memerankan diri sebagai siapa! Sebenarnya tulisan adalah medium untuk melancarkan kita menyampaikan atau menuang gagasan-gagasan kita. Intinya, kita tidak terbelenggu oleh kaidah-kaidah yang kaku. Kekakuan akibat kaidah menjadi hambatan utama para penulis baru, karena ia takut salah, dan takut salah mengakibatkan ide awal tidak mengalir, karena ide awal tidak keluar/mengalir, maka ide-ide berikutnya akan tersumbat, akibatnya mungkin ide itu kembali hilang (lost idea), dan berhentilah kita dalam menulis.
Bebaskan diri dalam berucap, bertutus, dan menulis. Biarkan pikiran kita (air) mengalir kemana saja, kita akan membuka kanal-kanal pembebasan diri dan mengalirlah ide-ide atau apapun yang ingin kita tulis. Memang tidak mudah, tetapi mulailah. Mungkin kita akan menemukan banyak kesalahan, tidak apa diedit saja nanti. Dalam mengedit inilah terkadang banyak ide-ide baru muncul yang memperkaya tulisan kita, di samping itu kita bisa memperbaiki kualitas bahasa, pilihan kata (diksi), pola kalimat, dan elaborasi berbagai gagasan kita
Tulisan adalah cermin yang sedang kita pikirkan dan kita coba tuang dalam bentuk kata dan rangkaian kata, tentu akan mencerminkan bagaimana kualitas kita, bagaimana wujud kita, meskipun sedikit tersamar, karena memang adalah hal wajar seseorang menyamarkan, namun semakin banyak ia menulis semakin banyak pula ia membuka diri (kemampuannya). Penulis juga dalam tahapan ini, belajar menulis, belajar menjalin kata, belajar memilih kata, menjalin kata, memilih pola, bahkan terkadang tak terkoreksi secara baik.
Jangan takut membuka diri! Meskipun tulisan kita nantinya akan mencerminkan kita, jangan takut! Karena dengan apapun kita pasti akan tercermin, dan belum tentu cermin yang memantulkan kita menjadi cermin yang mampu memproyeksikan kita secara utuh. Toh, dalam menangkap cermin kita, seseorang telah memiliki persepsinya diri dan bahkan sering persepsi dia yang menipu dia, akibatnya pencerminana yang ditangkap orang akan terwarnai oleh persepsi orang penangkap cermin. Belum lagi bagaimana pengolahan orang dalam menerima stimulasi berupa pencerminan.
Jangan takut yang kedua! Pencerminan tulisan kita memang ditangkap orang lain, tetapi belum tentu yang anda cerminkan itu telah mewakili semuanya, atau bahkan pencerminan sebuah tulisan hanyalah satu titik bahkan belum menjadi bintik. Munkin sudah menjadi himpunan titik dan menjadi garis, tetapi mungkin belum menjadi ruas garis berbatas atau sinar garis yang belum berujung!
Menulislah apa yang kau pikirkan, itu wujud diri-wujud diri kecil yang masih sulit terbaca, apalagi pembaca yang mencari informasi bukan sedang membaca cermin! Dalam konteks karya, tulisan mencerminkan apa yang sedang kita pikirkan saat itu dan hanya saat itu, belum tentu ada rangkaian waktu atau terkait dengan konteks yang kompleks. Mungkin hanyalah titik konteks yang masih terpisah atau malah terpisahkan atau bahkan dipisahkan.
Dunia memang terjadi silang konteks, silang ilmu, silang situasi, silang kepentingan, maka terjadilah interkoneksi, interkorelasi, inter… dan inter lainnya. Namun, jangan takut, apa yang kita tulis hanyalah sebuah titik kecil yang belum berhias yang belum menggambarkan diri secara utuh. Dan tidak mudah menyimpulkan seseorang dari tulisannya, tetapi kalau interpretasi mungkin bagian yang tercapai namun sebuah nilai akan jauh dari interpretasi sebuah tulisan.
Ini hanyalah sebuah refleksi dari ketakutan orang menulis, karena ia takut diketahui siapa penulis itu! Dalam situasi belajar, Anda bisa menyamarkan tulisan, misal menjadi orang ke tiga, atau sebagai titipan tulisan, atau hanyalah pemaparan sebuah kisah yang tertangkap dari persepsi dan yang terolah oleh pemikiran kita!
Menulislah, karena ia merupakan aktualisasi diri Anda meskipun dalam skala yang masih sangat mini! Menulislah, itu sarana mewujudkan diri meskipun itu sebuah proses panjang yang belum berujung! Tetapi, tentu kita tidak akan pernah sampai ujung (atau bahkan senantiasa berada di ujung lainnya). Menulis adalah melangkah, meskipun langkah hanya setapak kita telah beranjak. Menulis adalah sebuah media ekspresi diri, meskipun bukan satu-satunya, karena masih banyak wahana ekspresi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar