Jumat, 13 Mei 2011

Resensi Novel Twilight




Twilight adalah novel baru karangan novelis Stephenie Meyer. Twilight menceritakan kisah percintaan antara seorang gais berumur 18 tahun, Isabella Swan, dengan seorang vampir bernama Edward Cullen. Novel ini menarik untuk dibaca.

Bermula dengan kepindahan Isabella Swan ke kota Forks, kota dengan curah hujan tertinggi di dunia, untuk tinggal bersama ayahnya. Ini dikarenakan ibunya yang sudah bercerai dengan ayahnya, menikah lagi. Bella (panggilan Isabella Swan) tidak ingin menganggu pernikahan ibunya itu, dan akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dengan ayah biologisnya.

Forks, yang jarang sekali terkena sinar matahari karena curah hujannya yang tinggi, ternyata merupakan tempat tinggal keluarga vampir baik, yang tidak menyerang manusia. Mereka adalah keluarga dr. Cullen. Bella, yang menetap dan akhirnya bersekolah di Forks, mendapatkan banyak teman, dan salah satunya adalah teman sekelasnya, yang berasal dari keluarga Cullen, Edward. Mereka awalnya berhubungan kurang baik, karena Edward memang tidak terlalu suka dekat dengan manusia. Begitu juga dengan Bella, yang merupakan orang kota yang dari pindah dari Pheonix ke desa Forks, merasa berbeda dengan teman-temannya.

Namun, pada akhirnya mereka menjadi sangat dekat dan selalu bersama di sekolah. Edward mengantarkan Bella, makan bersama di kantin, dan lainnya. Hingga pada suatu saat, ketika musim salju tiba, Bella sedang berada di area parkir sekolah, ketika sebuah mobil yang sudah hilang kendali mengarah kepadanya. Bella panik dan menutup mata ketika mobil tersebut akan menabraknya. Namun, ketika dia membuka mata, ternyata tidak terjadi apapun, dan justru dia melihat Edward sedang menahan mobil itu agar tidak menabrak Bella, dan dengan keadaan mobil yang sudah "penyok" karena ditahan oleh tangan Edward. Disini, Bella menyadari ada kejanggalan. Tapi Edward menjelaskan bahwa Bella tidak sadar, dan dia mengatakan bahwa sebenarnya Edward tidak berada disana ketika Bella akan tertabrak. Edward malah meminta agar Bella menjauh darinya. Tapi Bella yakin, bahwa Edward menyembunyikan sesuatu, dan dia berusaha untuk mendapatkannya.

Hingga pada akhirnya, Edward pun memberitahukan kepada Bella bahwa dia adalah seorang vampir. Namun, Bella justru semakin dekat dengan Edward dan mereka pun pacaran.

Suatu ketika, Bella sedang bermain kasti dengan keluarga Cullen, ketika datang 3 vampir jahat pemangsa manusia. Disini Bella diminta Edward untuk menyembunyikan identitasnya agar mereka tidak tahu kalau Bella adalah manusia. Karena, menurut Edward, Bella merupakan santapan yang sangat diinginkan para vampir, karena bau darah Bella sangat lezat. Tetapi, 3 vampir itu pun akhirnya tahu, dan mengejar Bella.

Pertempuran antara Cullen bersaudara dengan 3 vampir tersebut sangat menarik, dan merupakan bagian yang paling seru dari buku ini.

Pesan pertama saya untuk yang masih tidak memiliki gambaran apa-apa mengenai buku ini namun penasaran ingin membacanya, jangan berharap akan menemukan banyak banyak misteri yang melingkupi kehidupan vampir. Tiga perempat buku ini berisi cerita cinta dan cerita tentang bagaimana perasaan sang pemeran utama terhadap vampir yang disukainya itu.

Kira-kira menjelang akhir buku, barulah muncul konflik yang cukup menaikkan ketegangan (saya bilang “cukup” bukan berarti banyak dan kadar “cukup” ini sangat relatif untuk orang-orang). Konflik menegangkan itu tidak diberi banyak porsi dan durasinya pun cukup singkat, namun twist yang ada dalam konflik singkat tersebut cukup membuat kejutan. (sekali lagi, “cukup” di sini berbeda untuk semua orang).

Bagi penggemar cerita cinta romantis yang tidak bernuansa teenlit Indonesia, buku ini bisa dicoba. Nuansa yang ditawarkannya berbeda dengan cerita cinta yang selama ini ada dalam teenlit Indonesia. Bisa jadi, Twilight di negeri asalnya adalah teenlit (rimanya terdengar mirip...).

Kekurangan utama dari buku ini adalah banyaknya dialog. Kebiasaan saya membaca adalah “scanning” (membuka halaman awal, membaca beberapa kalimat, lalu pergi ke halaman agak tengah, membaca beberapa kalimat dan terus mengambil halaman secara acak beberapa kali bahkan hingga mengintip akhir cerita) selama bertahun-tahun saya melakukan hal tersebut pada novel-novel yang saya baca, setidaknya ada kalimat menarik yang saya temukan dan membuat saya termotivasi untuk cepat-cepat membaca secara runut. Lain halnya dengan Twilight! Saya melakukan “scanning” dan jauh lebih sering bertemu dengan dialog antara Bella dan Edward (protagonis cerita). Bagi saya, jelas, this is madness! Berani sekali pengarang ini! Dia tidak takut pembaca bosan?

Ada sekitar belasan karakter dalam cerita ini, tapi sebagian besar terasa “numpang lewat”, yang kadar “numpang lewat”-nya menurut saya sampai separah “karakter minor itu dibunuh baru deh jadi gejolak, tapi itu juga gak bakal lama-lama amat”. Tapi berhubung novel ini bersambung, saya agak berharap karakter-karakter minor tersebut nantinya lebih berkembang seiring dengan berjalannya cerita. (sejujurnya, saya paling kasihan dengan tokoh-tokoh vampir lainnya, keluarga Edward yang lainnya, mereka berperan banyak tapi terasa seperti tidak penting karena Bella hanya fokus pada Edward, Edward, dan Edward).

Poin bagus untuk novel ini adalah deskripsi. Meskipun tidak seagung dan sekaya deskripsi dalam LoTR, deskripsi yang banyak dijabarkan di dalam cerita adalah jenis deskripsi yang memadai dan dapat diikuti dengan enak. Kemungkinan besar deskripsi bisa dilakukan dengan lancar karena sudut pandang orang pertama yang digunakan oleh pengarang.

Selain itu, meskipun novel ini mengumbar kisah cinta, isinya benar-benar bersih. Bebas dari adegan yang cenderung vulgar seperti yang ditemukan dalam novel chicklit. Ini membuat rentang umur pembaca layak untuk novel ini melebar luas, menjaring konsumen berusia lebih muda.

Kesimpulan akhir untuk novel ini, cerita cintanya memang luar biasa (silakan diintrepetasikan sendiri maksud “luar biasa” di sini. Jelas saya tidak akan menyuruh para lelaki membeli buku ini. Buku ini lebih layak dikonsumsi oleh kaum hawa, itupun oleh mereka yang cinta mati pada roman dan ingin mendapat nuansa cerita cinta yang berbeda dari teenlit Indonesia
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar